• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Tuesday, October 1, 2013

DEFINISI DAN RUANG LINGKUP KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

9:28 AM // by Ahmad Albastin // No comments

Sunday, September 29, 2013

LAMPU KILAT PADA KAMERA DSLR (FLASH)

10:38 AM // by Ahmad Albastin // 1 comment



Lampu kilat pada kamera berfungsi untuk menjadi sumber cahaya sesaat yang bisa membuat obyek yang difoto menjadi terang. Pada kamera modern lampu kilat sudah diberikan berbagai mode lanjutan yang berguna untuk memberikan hasil yang berbeda dan lebih baik. Bagaimana cara memaksimalkan penggunaan lampu kilat pada kamera sehingga dapat memberi hasil yang memuaskan?
Sebelum membahas ke arah sana, kita kenali dulu macam-macam lampu kilat yang ada, yaitu flash yang built-in (menjadi satu dengan kamera) dan flash terpisah (eksternal). Eksternal flash ditenagai dengan baterai tersendiri dan punya mode yang lebih lengkap. Keduanya punya temperatur warna yang sama yaitu di kisaran 5600 Kelvin, namun berbeda dalam intensitas (Guide Number/GN) alias kekuatan flash. Kekuatan flash akan semakin melemah bila jarak dari flash terhadap obyek semakin jauh.
Kekuatan cahaya dari flash diatur dengan dua cara yaitu auto dan manual. Kebanyakan flash adalah auto atau di DSLR disebut dengan TTL. Bila flash diatur secara manual maka ada pilihan untuk mengatur kekuatan flash dari yang terbesar hingga terkecil. Pada kamera yang bekerja otomatis, shutter speed kamera saat memakai flash umumnya adalah 1/60 detik. Apabila hasil foto dengan flash ternyata kurang memuaskan (under atau over), cek apakah di kamera anda ada fasilitas untuk mengkompensasi keluaran flash ke nilai positif dan negatif. Bila ada, maka kita bisa melakukan kompensasi supaya keluaran flash bisa lebih terang atau lebih dikurangi terangnya.
Kondisi yang memerlukan flash di siang hari 
Fungsi flash di siang hari lebih banyak dipakai untuk menyeimbangkan kontras, dinamakan sebagai fill-in flash (mengisi daerah yang gelap). Gunakan flash di siang hari bila obyek yang difoto lebih gelap dari latarnya, atau obyek berada di bawah bayang-bayang pohon. Sinar dari flash akan menerangi area yang gelap sehingga bisa didapat gambar yang terang pada obyek dan latarnya.
 Fill-flash di siang hari juga bisa untuk membuat langit jadi tampak biru. Seperti yang sudah biasa kita alami, memotret obyek dengan latar langit biru di siang hari cukup sulit. Metering kamera akan berusaha mendapat eksposur yang tepat pada obyek sehingga bila latarnya adalah langit akan menjadi over eksposur. Langkah termudah bagi pemula (dengan kamera saku misalnya) adalah menurunkan Ev ke arah minus hingga langit menjadi biru, meski obyek akan jadi gelap. Tapi jangan kuatir, karena dengan fill-in flash maka obyek yang gelap akan diterangi oleh lampu. Oleh karenanya, pastikan jarak si obyek dalam jangkauan lampu kilat.
Untuk kamera yang dilengkapi manual mode, lakukan tahap-tahap sebagai berikut : 
  • set mode dial ke arah manual
  • set shutter di nilai 1/panjang fokal (misal pakai 50mm maka buat speed di 1/50 detik)
  • atur bukaan diafragma hingga light meter menunjukkan nilai under (bisa 1 Ev)
  • atur fokus supaya mengunci di obyek, lakukan rekomposisi bila perlu
  • ambil foto dengan fill-in flash
 

Tuesday, September 24, 2013

KAITAN KOMUNIKASI DAN BUDAYA

11:05 AM // by Ahmad Albastin // No comments


Komunikasi dan Budaya
Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik. Budaya mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya. Karena itulah menjelaskan keterkaitan kedua unsur ini menjadi sedikit rumit.
Martin dan Nakayama (2003:86) menjelaskan bahwa melalui budaya dapat mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua komunitas dalam semua tempat selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa yang menjadi pandangan mereka terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya pula, komunikasi membantu kita dalam mengkreasikan realitas budaya dari suatu komunitas.

7 Tradisi Perspektif Teori Komunikasi

10:51 AM // by Ahmad Albastin // No comments

Robert T. Craig membagi dunia komunikasi dalam 7 tradisi pemikiran. Tujuh tradisi pemikiran dalam dunia komunikasi ini dikenal sebagai model Robert T. Craig, yang dipuji banyak pihak karena mampu menawarkan cara melihat dan merefleksikan kajian komunikasi dalam cara yang lebih holistik. Metamodel (model dari model-model) yang dikembangkan oleh Craig ini memberikan bentuk yang sesuai dan dapat membantu mendefenisikan permasalahan-permasalahan dan pembahasan tentang asumsi yang menentukan pendekatan-pendekatan terhadap berbagai teori. Kita harus jujur mengakui, metamodel yang dikembangkan Craig memberikan sistem andal untuk menyusun teori-teori komunikasi terbarui.
Secara garis besar, Craig membagi dunia komunikasi dalam 7 tradisi pemikiran yaitu: semiotik, fenomenologis, sibernetika, sosiopsikologis, sosiokultural, kritis dan retoris. Adapun berbagai tradisi teori komunikasi tersebut secara lebih detail dijelaskan sebagai berikut. 

1. Tradisi Semiotik
2. Tradisi Fenomenologis
3. Tradisi Sibernetika
4. Tradisi Sosiopsikologis
5. Tradisi Sosiokultural
6. Tradisi Kritik
7. Tradisi Retorika

Saturday, September 21, 2013

TEORI PENCAHAYAAN FOTOGRAFI

8:35 AM // by Ahmad Albastin // 1 comment


Dalam fotografi, pencahayaan atau Exposure merupakan teknik atau seni dalam mencari keseimbangan antara volume cahaya yang melalui sebuah lensa dengan durasi waktu yang diperlukan untuk mampu menghasilkan gambar pada sebidang bahan peka cahaya, yang pada kamera DSLR disebut dengan sensor.

Ada tiga unsur yang menentukan exposure pada sebuah gambar, yaitu Bukaan Diaphragma (f), Kecepatan Shutter (Shutter Speed/Rana), dan Kepekaan Sensor (dengan satuan ISO).

Ilustrasi mudahnya mungkin seperti ini,
Jika kita ingin mengisi ember dengan air dari kran, maka jika kita ingin ember cepat penuh berarti kran harus di buka sebesar mungkin (max), akan tetapi jika kita membuka kran air tidak maksimal maka ember membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dipenuhi air, bukan?
Begitupun juka kita menggunakan ukuran ember yang berbeda. Jika embernya kecil, tentu akan cepat penuh, tetapi jika embernya besar, tentu saja akan butuh waktu lebih lama untuk penuh.

Dari ilustrasi di atas, bisa kita analogikan bahwa bukaan kran sama dengan bukaan diaphragma (f), kecepatan pengisian ember adalah shutter speed (rana), dan besar kecilnya ember adalah kepekaan sensor (ISO).

Semakin lebar bukaan diaphragma berarti semakin besar juga volume cahaya yang melalui lensa dan mencapai sensor.
Kecepatan shutter (rana) menetukan berapa lama diaphragma terbuka untuk dilalui cahaya. Sehingga semakin cepat rana, berarti semakin singkat durasi cahaya melewati diaphragma untuk menuju sensor.
Semakin peka/sensitive sensor (yang ditunjukkan dengan tingginya nilai ISO) atau ember semakin kecil, maka semakin cepat juga terisi penuh. Artinya semakin tinggi ISO semakin pendek durasi yang diperlukan sensor untuk dapat menghasilkan gambar.


Well Exposure
Under Exposure (UE)
Adalah kondisi dimana gambar yang dihasilkan Nampak lebih gelap dibandingkan dengan objek sebenarnya. Hal ini dapat dimungkinkan karena
  • f yang terlalu kecil 
  • Rana yang terlalu tinggi/cepat 
  • ISO yang terlalu rendah 


Monday, September 16, 2013

UNDANG-UNDANG SIARAN RADIO DI INDONESIA DAN RADIO SWASTA

11:31 AM // by Ahmad Albastin // No comments



1.         Menurut UU Penyiaran nomor 32 tahun 2002 :
“Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.
Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. “

2.         Radio siaran merupakan komponen media komunikasi massa yang memiliki peran dan hubungan timbal balik dengan sejarah bangsa Indonesia. Dalam perkembangannya radio siaran tidak hanya harus memenuhi dan menciptakan selera public tapi juga punya peran di dalam membentuk opini serta control social. Di-awali oleh nuansa amatiran dilanjutkan dengan kuatnya posisi radio siaran sebagai sarana hiburan akhirnya berkembang memainkan peran cukup signifikan sebagai media massa.
Mengingat tidak mudah prasyarat untuk melanjutkan pengelolaan radio siaran swasta secara legal, dan begitu besar tuntutan fungsi peran radio siaran sebagai alat pendidik, penerangan, hiburan yang harus dijalankan dan akan terasa berat jika dipikul sendiri-sendiri, maka beberapa tokoh pengelola radio siaran swasta dikota-kota besar mengambil inisiatif membentuk wadah-organisasi lokal-regional, untuk memfasilitasi dan memperjuangkan kepentingan anggotanya, seperti berkoordinasi dengan Pemerintah, mengurus persyaratan perizinan dan penyesuaian ketentuan lainnya; sehingga lahirlah asosiasi seperti: Persatuan Radio Siaran Jakarta (PRSJ), Persatuan Broadcaster Bandung (PBB), Persatuan Radio Siaran Jawa Tengah (PRSJT), dan asosiasi sejenis di kota-kota besar lainnya.

DEFINISI KOMUNIKASI PEMASARAN

11:29 AM // by Ahmad Albastin // 7 comments



Terence A. Shimp (2003: 4) mendefinisikan ”Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan  misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran”. Komunikasi pemasaran juga dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses pemikiran dan pemahaman yang disampaikan antar individu atau antara organisasi dengan individu.

Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual. Selain itu juga merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik.

Bentuk-Bentuk Utama dari Komunikasi Pemasaran
Pemasar modern memerlukan lebih dari sekedar mengembangkan produk yang baik, menetapkan harga yang menarik, dan membuatnya dapat terjangkau. Perusahaan juga harus berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan sekarang dan yang akan datang, serta masyarakat umum. Setiap perusahaan mau tidak mau harus terjun sebagai komunikator dan promotor.