Secara bahasa logika adalah studi tentang
alasan yang mencakup dialektikal, argumentatif dan intelektual. Karena dasar
dari logika adalah perkataan, pemikiran,
idea, argumentasi, alasan, atau prinsip. Oleh karena itulah, logika
seringkali dikategorikan salah satu studi utama dalam filsafat, matematika, dan komputer.
Sementara menurut Ibn Sina logika adalah “alat pembeda antara benar dan salah”. Adapun Frege mendefinisikan logika sebagai “ilmu dari hukum paling umum tentang kebenaran”. Aristoteles sendiri meletakkan logika sebagai fondasi paling dasar dari filsafat. Baginya semua yang kita pelajari harus berdasarkan logika untuk mencapai pengetahuan final.
Sementara menurut Ibn Sina logika adalah “alat pembeda antara benar dan salah”. Adapun Frege mendefinisikan logika sebagai “ilmu dari hukum paling umum tentang kebenaran”. Aristoteles sendiri meletakkan logika sebagai fondasi paling dasar dari filsafat. Baginya semua yang kita pelajari harus berdasarkan logika untuk mencapai pengetahuan final.
Dalam buku ini disebutkan bahwa logika Aristoteles adalah penyumbang
terbesar dalam sejarah intelektual umat manusia. Hampir dapat dikatakan
bahwa tidak ada satu pun jenis pengetahuan yang tidak bersentuhan dengan logika
Aristoteles. Immanuel Kant (1724-1804 M)
bahkan sampai pernah menyatakan bahwa selama 20 abad lebih, logika Aristoteles
tidak tergoyahkan dan tetap menjadi tonggak dan fondasi pengetahuan ilmiah
manusia.
Padahal sebenarnya kata-kata logika tidak (pernah) dipergunakan oleh Aristoteles. Aristoteles bahkan cenderung menggunakan kata analitika untuk merujuk pemikiran yang ia miliki. Kata logika sendiri digunakan oleh Cicero (106-43 SM), untuk merujuk pemikiran Aristoteles ini, namun dalam artian “seni berdebat”. Adapun Alexander dari Aphrodisius (200 M), menggunakan istilah logika dengan pengertian yang kita pahami saat ini.
Padahal sebenarnya kata-kata logika tidak (pernah) dipergunakan oleh Aristoteles. Aristoteles bahkan cenderung menggunakan kata analitika untuk merujuk pemikiran yang ia miliki. Kata logika sendiri digunakan oleh Cicero (106-43 SM), untuk merujuk pemikiran Aristoteles ini, namun dalam artian “seni berdebat”. Adapun Alexander dari Aphrodisius (200 M), menggunakan istilah logika dengan pengertian yang kita pahami saat ini.
Seperti yang disebutkan diatas bahwa peran
logika memiliki sumbangsih besar dalam ilmu pengetahuan, tak terkecuali dalam
khazanah peradaban Islam, peran logika pada disiplin-disiplin pengetahuan pokok, seperti ushul fiqh, teologi,
gramatika bahasa Arab, dll., memainkan peran yang sangat besar pula.
Prestasi gemilang yang dicapai para pemikir dan intelektual Islam awal maupun
era modern jelas tidak dapat dilepaskan dari peran logika.
Bahkan tokoh Islam seperti Al-Farabi yang disebut-sebut berdiri sendiri, beliau masih ada kecenderungan kepada Aristoteles. Dan kecenderungannya paling menonjol adalah pada segi logika atau rasionalitasnya. Al-Farabi tidak menerima apabila dikatakan bahwa sesuatu itu tercipta dari tiada menjadi ada, hal ini sekali lagi membuktikan kecenderungannya pada logika Aristoteles. Bahkan al-Farabi mengikuti kesimpulan bahwa alam ini kekal walaupun kekeklannya alam ini berbeda dengan kekeklan Allah, dan itu logika Aristoteles.
Bahkan tokoh Islam seperti Al-Farabi yang disebut-sebut berdiri sendiri, beliau masih ada kecenderungan kepada Aristoteles. Dan kecenderungannya paling menonjol adalah pada segi logika atau rasionalitasnya. Al-Farabi tidak menerima apabila dikatakan bahwa sesuatu itu tercipta dari tiada menjadi ada, hal ini sekali lagi membuktikan kecenderungannya pada logika Aristoteles. Bahkan al-Farabi mengikuti kesimpulan bahwa alam ini kekal walaupun kekeklannya alam ini berbeda dengan kekeklan Allah, dan itu logika Aristoteles.
Yang paling menonjol dari buku ini adalah pembahasan Silogisme yang begitu banyak
mendapat porsi pembahasan ketikmbang subbab-subbab lainnya. Seperti Silogisme
Bentuk Pertama hingga Keempat, Silogisme Kategoris Bersyarat, Silogisme
Hipotesis, Pembahasan Lebih Lanjut Silogisme, hingga Kekeliruan dalam
Silogisme. Silogisme sendiri adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Mungkin motivasi penulis lebih menonjolkan
silogisme dalam buku ini karena silogisme merupakan suatu cara berpikir secara
logis dan masuk ke dalam penalaran. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan
atau dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya
saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar.
Silogisme penalaran adalah proses berpikir dari apa yang terjadi dan menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan kejadian yang sejenis juga akan membentuk sudut pandang sejenis, berdasarkan sejumlah sudut pandang yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah sudut pandang baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Silogisme penalaran adalah proses berpikir dari apa yang terjadi dan menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan kejadian yang sejenis juga akan membentuk sudut pandang sejenis, berdasarkan sejumlah sudut pandang yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah sudut pandang baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Buku Logika Lengkap (Ilm al-Mantiq) karya
Muhammad Nur Ibrahimi ini merupakan buku yang sederhana namun padat, disajikan
secara sistematis, tentang seluk-beluk logika. Penyertaan banyak contoh dan
latihan di setiap akhir babnya membuat buku ini lebih mudah dipahami oleh
pemula yang berminat belajar logika. Lebih dari itu, buku edisi ini juga
dilengkapi dengan beberapa penambahan contoh, penjelasan, serta hal-hal yang penting
demi memudahkan pembaca dalam memahami logika.
0 comments:
Post a Comment